Kamis, November 19, 2009

P asrah, 25 Februari 2001 .KERAWUHAN.



D

IALOG DENGAN SESEPUH Bab ini merupakan beberapa dialog dalam kesempatan yang terpisah dengan Sesepuh Aji Saka Bapak Kelik Prayoga. Dialog ini tidak dimaksudkan sebagai ajaran, dikarenakan sebenarnya kerohanian dapat dipelajari namun tidak dapat diajarkan. Yang dapat diajarkan adalah budi pekerti, moral sebagai hasil dari pelajaran bersikap hidup kerohanian. Kebenaran akan ditemukan dalam penghayatan kita dalam kerohanian. Dalam banyak hal, maksud untuk menulis hasil penghayatan kerohanian ternyata hanya menghasilkan catatan bacaan yang kadang malah menyurutkan sikap hidup dalam rohani






Pasrah, 25 Februari 2001. KERAWUHAN. Jadi kalau ada saudara kita yang mempraktekkan dengan cara mendatangkan roh, ke mata Aji Saka, itu salah. Aji Saka itu terpelajar karena mempunyai hak masing-masing untuk mendalami pengertian-pengertian (tetapi kalau) keilmuan tadi itu terserah, tetapi kalau menurut pengertian di Aji Saka, di kaca mata Aji Saka itu tidak ada, karena yang luhur, itu tetap kita luhurkan.

Sangat tidak pantas, menurut pandangan Aji Saka, mohon maaf, Sunan Kali Jaga masuk ke dalam diri saya, saya itu apa, kok kedatangan orang yang saya luhurkan, sangat tidak pantas itu. Jangan ya, kalau itu benar Sunan Kali Jaga, kalau ternyata itu nanti yang masuk adalah yang mati ketabrak becak, atau ketabrak apa, mengaku sebagai Sunan Kali Jaga, anda sudah tertipu itu. Ya sudah, kita luhurkan, diluhurkan, tidak perlu kita menarik kuasanya siapa untuk bekerja lagi, kasihan dia, kapan dia pensiun.

Yang mempunyai pengertian lain, silahkan, tapi kalau dia mempunyai faham Aji Saka tidak ada begitu caranya. Beliau yang sudah meninggal, kita luhurkan, tidak perlu dayanya kita tarik, tidak di perbolehkan itu.

Di faham orang Jawa, orang yang sudah meninggal, orang itu sudah disucikan. Maka, kalau di situ sudah disucikan, di situ tidak ada hukum masuk kepentingan diri kita. Ya kalau suci itu tidak terpengaruh oleh baik dan buruk. Kalau suci itu terpengaruh baik dan buruk itu bukan kesucian, itu poros tengah ya. Kalau kesucian itu ya kesucian, tidak terpengaruh baik buruk.

T : “Ada orang yang kedatangan dewi Kuan Im, kadang-kadang di tembok itu ada gambar Yesus, ini sebenarnya apa sih pak, apakah sebagian dari saudara sendiri ?

KP :YA, itu sangat betul ya dik ya. Kalau pengertian-pengertian itu salah, untuk kesananya nanti salah, tapi kalau pengertian itu benar, nanti kesananya juga benar. Jadi begini lho dik, karena kurangnya pengertian, maka saudara kita yang datang itu, beranggapan kerawuhan /kedatangan dewi Kuan Im ,

Ini sebetulnya, saudara kita yang sebagai putra-putra Kisman ini sudah terkontaminasi masalah lain, ya toh, hingga dia punya pengertian, mohon maaf, kerawuhan Dewi Kuan Im, ini sudah faham yang sudah bukan dari Aji Saka lagi. Tetapi kalau ini faham dari Aji Saka maka akan mempunyai pengertian: ”Kena apa Saudara Empat yang di luar ini, kok masuk ke dalam diri kita ? “. Kalau Saudara Empat yang di luar masuk ke dalam diri kita, maka ini sudah keluar dari hukumnya.

Jadi pengertian-pengertian di Aji Saka, Saudara Empat kita yang di luar itu tidak mungkin masuk ke diri kita, tidak mungkin masuk. Karena walaupun kita di dalam perut ibu, itu pun tidak di dalam kita, tidak di dalam fisik kita, cuma dia berdekatan di dalam perut ibu, waktu lahir terus berpisah. Ha, dia bertempat di delapan penjuru angin ya, memenuhi hawa ini, hingga mempunyai perwatakan, sifat dan bentuk yang berbeda, karena dia tercetak oleh alam.

Nah, di dalam ibu kita sendiri aja tidak mak, di dalam diri kita itu cuma satu, di dalam rahim orang tua kita, si saudara kita yang di luar tidak dapat masuk di dalam diri kita, cuma saling mengisi di dalam proses hukum kegaibannya, di dalam hukum alamnya, jelas ya. Jadi kalau ada Saudara Empat kita yang yang masuk ke dalam diri kita, itupun tetap salah.

Karena hukum keTuhanan adalah hukum alam, jadi tidak bisa hukum keTuhanan itu akal-akalan orang, tidak bisa. Tetapi hukum Tuhan itu adalah hukum alam yang sebenarnya, itu tidak bisa dirubah oleh siapa saja.

Nah kalau ada saudara kita yang sudah pasrah mempunyai pengertian itu kemasukan, mohon maaf ya, itu Dewi Kuan Im, itu bukan faham Aji Saka, itu jelas ada faham lain yang ikut di dalam kancah keilmuan kita. Tetapi itu harus disaring, karena hal-hal yang seperti itu, kalau kaca mata Aji Saka, bahwa orang yang begitu itu adalah orang yang sudah tidak waras lagi, itu sudah berpenyakit. Kalau ada, mohon maaf, terus ngomong terus: “ Saya ini Sunan Kalijaga “, “Saya ini Sunan Bonang”, menurut pandangan Aji Saka, orang itu sebetulnya sudah sakit jiwa, cuma berat

T : Kalau Dewi Kuan Im itu menampakkan diri di depan kita, apakah itu sudah termasuk saudara kita ?

KP : Tidak, tidak, ya harus hati-hati ya dik, jangan sampai faham yang sudah diluhurkan orang itu, kita rusak dengan pola perilaku rohani kita.

Kalau memang ada orang yang percaya, bahwa Sunan Kalijaga itu memang masih berkarya di dunia ini, silahkan, itu faham anda, tetapi yang bisa berkarya di dunia ini, adalah, cuma saudara kita, cuma kaki kita, tangan kita ini yang berkarya, pola pemikiran kita. Tapi kalau ada salah satu dari kita yang mempunyai pengertian seperti itu, anda tidak perlu mendebat ya dik, ya, tetapi silahkan kalau itu memang berguna bagi anda. Tetapi kalau untuk kita, harus kita punya pola pemikiran yang harus kita saring, jangan kita punya pola pemikiran yang harus kita saring, jangan kita cepat percaya saja.

Jadi suatu keyakinan, apa ya, tidak perlu kita dialogkan ya dik, tetapi ya kita yang mempunyai keyakinan sendiri-sendiri, harus kita perdalam, jangan sampai ada pengertian yang berbenturan, itu harus kita kasih jarak, jangan sampai nanti kita, hal-hal yang sipatnya kontradiksi. Ini mungkin saya berbicara begini ini, mungkin, sudah 32 tahun ya. Jadi mungkin saudara-sadara kita yang lama, mungkin, mestinya, tapi saudara-saudara kita yang lain, mungkin belum ada.

Kalau ada saudara kita kemasukan nanti, terus kita ikuti, sebetulnya kita sudah kena penyakitnya juga. Bagaikan kita ketemu orang bisu, secara tak langsung kita ikut bisu kan ? Jadi sebetulnya, kalau ada sesuatu roh yang masuk ke diri orang, terus kita mau ikut berdialog, itu kita sudah ikut kena penyakitnya. Pandangan Aji Saka, orang yang begitu itu, orang yang sakit jiwanya, ini pandangan kita, ya dik. Nah mau gak kita kemasukan roh-roh lain ? mending badan kita, badan kita sehat, pola pemikiran kita sehat, hati kita bersih, ngomong secara baik-baik. Tidak perlu kita masukkan Sunan Kalijaga, terus bersabda, itu namanya sudah tidak karu-karuan, itu namanya sudah bukan keTuhanan lagi, prewangan ya dik, kalau orang Jawa, itu namanya Prewangan.