Sabtu, Oktober 04, 2008

AJI SAKA Pemaparan Taman Mini 26 Mei 2008


Kerohanian adalah jawaban dari segala permasalahan hidup yang sedang kita hadapi sekarang ini



DIALOG DENGAN SESEPUH Tulisan ini merupakan beberapa dialog dalam kesempatan yang terpisah dengan Sesepuh Aji Saka yaitu Bapak Kelik Prayoga. Dialog ini tidak dimaksudkan sebagai ajaran, dikarenakan sebenarnya kerohanian dapat dipelajari namun tidak dapat diajarkan. Yang dapat diajarkan pada umumnya adalah budi pekerti, dan ataupun moral sebagai hasil dari pelajaran bersikap hidup kerohanian. Sedangkan yang dimaksudkan sebagai ajaran kerohanian sebenarnya seyogyanya berupa sikap, patrap, mel, mantram, olah raga, maupun olah jiwa dalam kerangka peningkatan kerohanian. Di dalam Aji Saka, semua hal ini disampaikan, dijalankan dan dihayati dalam tujuan mendekatkan dan penghayatan Ke-Tuhan-an. Kebenaran kenyataan akan ditemukan dalam penghayatan kita dalam kerohanian.


Dalam banyak hal, maksud untuk menulis hasil penghayatan kerohanian ternyata hanya menghasilkan catatan ataupun bacaan yang kadang malah menyurutkan sikap hidup dalam rohani si Pembaca. Surutnya kehidupan rohani dikarenakan si Pembaca mempercayai ucapan, tulisan, bacaan, ataupun omongan si pembawa ajaran yang sebenarnya belum tentu cocok dengan sikap, suasana, empan lan papan, belum pernah dinyatakan kebenarannya dan hasil ajarannya, tetapi sudah dipercaya dengan mentiadakan akal sehat yang merupakan hasil olah cipta, olah rasa, dan olah karsa dari mendayagunakan pemberian Yang Maha Kosong yang sudah ada di dalam diri kita pribadi.



Kerohanian = hidup di dalam rohani yaitu hidup didalam KeTuhanan, yaitu hidup dengan menyatukan diri dan mendayagunakan kuasa-kuasa Tuhan dalam kehidupan. Jawaban= sikap dan tatacara yang pas sesuai kebutuhan, meliputi antara lain, empan papan, duga prayoga, bener lan pener, jawaban yang berasal dari dan untuk kerahayuan diri sendiri. Permasalahan hidup= permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan sosial dimana kita banyak terpengaruh dengan panca indera, sehingga berakibat mempunyai berbagai keinginan yang harus kita atur dengan bijaksana. Sekarang ini= saat yang dihadapi ini, bukan masa datang atau masa yang tidak pasti atau belum kita ketahui. Pasrah Tan Mupus Sak Drunging Pralaya = pasrah kepada Tuhan bukan kepada Nasib; Begja saka liyan, cilaka saka dhiri pribadi= keberuntungan berasal dari orang lain sedangkan sial celaka berasal dari (kelakuan) diri pribadi



Kerohanian dalam pemahaman Aji Saka dicapai dengan 5 pokok: 1. Ritual Inisiasi 2. Semedhi 3. Manekung 4. Ritual pendalaman 5. Olah Raga Spiritual. Hasil dari menjalankan 5 pokok ini kita berada di dalam tiga hal keadaan, yaitu 1. saat kita di dalam keadaan Nol Inderawi, 2. saat kita masuk ke Alam Marboyo, dan 3. saat kita berkarya nyata dengan hidup di Alam Aji Saka. Keadaan 1, 2, dan 3 ini dapat terlaksana dengan terjadinya istilah” Ningkahake raga kelawan sukma”, yaitu dengan bersatunya raga dan sukma. Saat terjadinya penyatuan ini , maka terjadilah kuasa raga yang dilingkupi dan ada di dalam kuasa sukma, sehingga bisa disebut hidup dalam kuasa Tuhan, yaitu kuasa sukma sebagai percikan Pangeran, Tuhan Yang Maha Esa.(Mohon lihat Gambar 3.9 Proses Ritual Inisiasi “ Aji Saka”, Proses transformasi Rokhani Terwujudnya Sistem Kehidupan Rokhani, hal 23)



Dengan demikian kondisi Nol Inderawi, Alam Marboyo, Alam Aji Saka akan membuat si penghayat hidup di dalam alam KeTuhanan, atau di dalam alam kerohanian, dengan hasil IQ, SQ, EQ. Tiga hal ini merupakan manifestasi Tri Sakti menjadi Manusia Seutuhnya. Di dalam hidup yang demikian ini seringkali digambarkan dengan istilah Manunggaling Kawula Gusti, Curiga Manjing Warangka dan Warangka Manjing Curiga, sebagian dari istilah ilmu asli yang lahir, berasal serta beraktualisasi di bumi Nusantara. Tataran kehidupan rohani di dalam Aji Saka diaktualisasikan penghayat Aji Saka dengan mendayagunakan hasil IQ, ESQ, Cipta Rasa Karsa, serta daya kuasanya untuk kehidupan kesehariannya sebagai alat bantu meningkatkan mutu dan nilai kehidupan kelahiran dan kehidupan kerohaniannya. (Mohon lihat gambar 4.3 Manifestasi TRI SAKTI menjadi Manusia Seutuhnya, hal. 36)



Permasalahan hidup adalah realitas yang dihadapi saat kita memenuhi kewajiban hidup, antara lain dalam pangupa boga dan pangupa jiwa. Dalam memenuhi kebutuhan ini maka Panca Indra menjadi aktor penting atau panglima kemajuan mutu hidup. Panca indera adalah alat hidup manusia dalam hal berhubungan dengan alam secara kelahiran atau fisik. Didalam ajaran lama Jawa terdapat ungkapan tentang tatacara mendayagunakan panca indera agar kita menggunakan panca indera dengan bijaksana, Wong urip iku dadi baturing karep, karep iku saka reka dayaning panca indriya. Pengaruh panca indera sebagai alat perekam informasi yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, pembicara, perasaan, akan terekam di otak kita, dengan demikian akan mempengaruhi daya cipta, rasa dan karsa kita dalam membuat tindakan, atau keputusan.

Permasalahan hidup yang kita hadapi sekarang ini banyak berasal dari karya panca indera, misalnya mengucapkan kalimat yang kurang pas saat meeting, maka berakibat ditundanya promosi pangkat atau digagalkannya proyek. Pengaruh emosi yang berlebihan juga terjadi saat kita melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang menurut kita kurang pas. Dalam hal ini jelas kita menggunakan panca indra Pangucap kita disaat kurang pas. Atau dengan mendengarkan omongan yang kurang sejuk, membuat panas hati. Jelas si Panca indera berkarya tetapi kurang meredam gejolak negatifnya.



Jawaban terhadap masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dapat kita dapatkan dengan aktualisasi kemampuan rohani kita. Misalnya saat kita berhubungan dengan pekerjaan, maka Dayaning Panca indra ini dapat diredakan, ataupun disaring dengan melakukan Semedi bagi kadang di tataran Alam Marboyo, dan dengan melakukan Manekung bagi kadang yang ada di tataran Aji Saka. Dengan mengurangi pengaruh seminimum mungkin Panca indera, maka hal hal negatif bisa dikurangi, yaitu keinginan melihat, mendengar, mencium, meraba, mengucap yang kurang baik bagi kemajuan keutamaan hidup pribadi dan sesama mahluk.dengan kata lain di dalam keheningan, panca indera dan panca maya akan terolah dengan tuntunan gaib rohani.


Di dalam tuntunan gaib tersebut, maka Kuasaning Panglima yaitu Paningal (Penglihatan), Pangganda (Penciuman), Pangrungu (Pendengaran), Pangrasa (Peraba), Pangucap (Pembicara), dan Pangangen-angen dapat kita daya gunakan, bersama sama dengan Kuasa Saudara Empat, daya dan mandat lain. Beberapa nama yang disebutkan tersebut terjadi dikarenakan dengan Tri Sakti Manusia Seutuhnya tadi, memaknai si Manusia sudah menjadi dan bertemu dengan jatidirinya. Beberapa mandat seperti kawaskithan, Dhawuhing Pangeran, Pambungkeman Agung, Pancasona Bumi, akan melengkapi peningkatan kepekaan jasmani rohani, yaitu 7 struktur penyusun tubuh manusia dengan kulit berfungsi sebagai antena.


Segala tindak tanduk pola perilaku kita dapat diawali dan diamankan dengan adanya pengertian Kawaskithan, kita bisa mengerti jika ada peristiwa yang berhubungan dengan kita dengan sarana mata batin yang bisa dicocokan dengan kenyataan lahir. Petunjuk ini bisa berwujud penglihatan atau pertanda yang sangat nyata. Di dalam hidup keseharian, seseorang yang waskitha disebut “ Mangerteni sadurunge Winarah” (Mengerti sebelum sesuatu peristiwa terjadi).


Di dalam Dhawuhing Pangeran itu ada yang disebut Setopan, yaitu adalah pemberitahuan dari badan kita bahwa kita diminta menunda sesuatu kegiatan karena akan terkena sesuatu halangan. Juga di ilmu ini ada pemberitahuan kapan kita harus melangkah, yaitu jika ada tanda akan mendapat kanugrahan. Jelas ada di dalam ilmu ini yang sangat berhubungan dengan waktu kapan kita harus terus, dan kapan harus menghentikan langkah. Petunjuk di seluruh badan bisa menjadi petunjuk kita di dalam menggapai cita-cita kita



Pasrah Tan Mupus Sak Drunging Pralaya = Pasrah kepada Tuhan bukan kepada Nasib; Urip ing donya iku kasunyatan, hidup didunia itulah kenyataan. hidup ini yang membedakan hidupnya kerohanian penghayat dengan penganut atau pengikut adalah hidup saat ini, bukan menghayalkan hidup setelah hidup yang saat ini atau masa datang. Pasrah Tan Mupus Sak Drunging Pralaya adalah Pasrah kepada Tuhan dengan mendayagunakan hasil olah rohani, misalnya Kawaskithan, Dhawuhing Pangeran, Panglima, Pancasona Bumi, 5 mandat besar pada tataran kelahiran, 5 mandat besar pada tataran kerohanian. Alat-alat rokhani ini kita gunaka dalam membantu mewujudkan Karya Aji Saka: Karya Utama, Karya Madya, Karya Nyata. Dengan demikian maka kita hidup aktif dan berkarya, tidak pasrah kepada nasib alias putus asa. (Mohon lihat gambar 4.4. Karya Aji Saka, Karya Utama, Karya Madya, Karya Nyata, hal 38)



Begja saka liyan, cilaka saka dhiri pribadi. Omongan orang kuna, sering disampaikan kira-kira seperti ini” Begja saka liyan, apes saka dhiri pribadi”, “ beruntung berasal dari orang lain, sial dari (kelakuan) diri sendiri menggambarkan penerapan Ilmu kang sanyata iku sanyatane weh reseping ati, praktik ilmu yang nyata dengan alat-alat rohani, kalau memang ilmunya nyata, tentu mendatangkan ketenteraman di hati, yaitu akan mencukupi kebutuhan lahir serta batin. Cukup, ini, berbeda, dengan di-cukup-cukup-kan, jadi cukup yang senyatanya, karena memang milik kita sendiri, jumlahnya lebih banyak daripada jumlah kekurangan kebutuhan kita.